Follow Us @nadiahasyir


Sunday, October 28, 2018

NGOPI CANTIK BEAUTIESQUAD #7 - 5 MITOS SKINCARE

Belakangan ini lagi giat-giatnya nyobain skincare. Nggak mau ambil resiko karena takut salah langkah dalam merawat kulit, belajar tentang formula yang biasanya terdapat dalam skincare menjadi topik yang sangat antusias aku pelajari. Bersama dengan belajar mandiri tentang fakta skincare, beberapa hati lalu aku juga belajar tentang mitos skincare di Ngopi Cantik Episode 7 dengan pemateri INSOMMIA. Ternyata mitos skincare ini dekat dan erat kaitannya dengan produk yang sering kita jumpai sehari-hari geng. Mau tau dong mitos skincare apa aja? Simak yuk!


5 MITOS SKINCARE

1. KOSMETIK NATURAL BELUM TENTU AMAN
Banyak klaim suatu produk yang membawa nama natural untuk menggaet konsumen sebagai suatu daya tarik untuk membeli. Taukah kamu bahwa faktanya, tidak semua kosmetik natural itu aman dan tidak semua kosmetik berbahan dasar kimia sintetik itu berbahaya. Banyak dari kita yang kebiasaan share tentang suatu produk aman tanpa bahan kimia. Tapi tahukah kamu, sebenarnya di dalam produk berbahan natural juga dinamakan senyawa kimia. Ngomongin tentang Water, pasti banyak ditemukan di toner, moisturizer, lotion, dll. Water selalu menjadi komponen utama atau kedua yang tercantum di produk. Water tergolong natural dan aman selama tidak ada rasa, bau, dan warna yang aneh. Seperti yang kita tahu bersama, air dalam ilmu kimia disebut H2O, yang merupakan unsur kimia. See? Semua bahan natural punya unsur kimia.

Natural tidak selalu aman, sebagai contoh kandungan titanium dioxide dan zinc dioxide. Kedua bahan ini sering terdapat di produk sunscreen yang berperan baik dalam melawan UV A dan UV B. Faktanya, sunscreen agent yang diproduksi pabrik dibuat dalam bentuk sintetis. Meskipun kedua bahan inu terdapat di alam, kedua bahan ini tidak aman untuk digunakan sebagai bahan skincare karena toxic.

Contoh lain adalah penggunaan silikon. Banyak pembahasan tentang bahaya silikon. Memang benar bahwa ada jenis silikon yang berbahaya. Namun jika penggunaan silikon sebagai bahan skincare, tentu produsen akan memilih dan memilah jenis silikon yang tidak beebahaya sebagai bahan bakunya. Contohnya dumethicone, sangat aman dan sebetulnya merupakan jenis silikon terbaru yang tidak memicu penyumbatan pori-pori terjadi.

2. PARABEN BELUM TENTU BERBAHAYA
Paraben dibuat secara sintetis menggunakan unsur kimia dan tidak berasal dari alam. Hal yang selalu dikaitkan dengan bahaya paraben adalah dapat memicu terjadinya kanker payudara. Mispersepsi tentang paraben bermula dari media yang sempat menggaungkan bahwa paraben sebagai reseptor esterogen yang mempengatuhi hormon wanita. Esterogen dikaitkan dengan kanker payudara dan ketidakmampuan wanita melakukan reproduksi. Salah pengartian terhadap penelitian yang dilakukan pada tahun 2004 tentang kanker payudara, dimana pada jaringan di dalam payudara ditemukan paraben. Sebenarnya, jumlah paraben yang ditemukan sangat sedikit. Jadi, jika ada green beauty campaign dengan menyebut NO PARABEN, NO LANOLIN, NO SLS, itu nggak banget.

Kalau diperhatikan, kebanyakan produk di Indonesia menggunakan ethylhexylglycerin, phenoxyethanol, dan DMDM hyantoin sebagai pengawet kosmetik atau skincare. Sampai sejauh ini, paraben adalah pengawet yang termasuk aman, karena sejak ratusan tahun ditemukan hingga sekarang, kasus alergi dan lainnya yang membahayakan dan berasal dari paraben sangat sedikit. Sementara phenoxyethanol dilarang di beberapa negara, kemungkinan alergi yang timbul memiliki rasio yang lebih tinggi dibandingkan paraben.

DMDM hyantoin adalah bahan pengawet jenis formaldehyde. Ketika ada bakteri hinggap di skincare, DMDM berfungsi sebagai antimicrobes yang akan membunuh bakteri. Sejauh ini DMDM aman digunakan dalam kadar 0.02% pemakaian dan kemungkinan iritasi jauh lebih besar jika DMDM terkadung dalam suatu produk.

3. PETROLEUM JELLY DAN MINERAL OIL
Kedua bahan ini natural karena terbentuk dari hidrokarbon. Webagian besar orang berfikir bahwa keduanya berasal dari petroleum, yaitu cairan yang ditemukan di bawah batuan sedimen. Biasa dipakai untuk bahan bakar mobil. Alan tetapi kedua bahan ini yang digunakan untuk kebutuhan skincare merupakan hasil distilasi. Seandainya produsen membeli mineral Oil dan petrolatum yang diproses melalui purifikasi, sebenarnya bahan yang tidak menyebabkan clogged pores. Anyway, kurang-kurangi pengkambing hitamkan suatu produk atas permasalahan kulit yang terjadi di kamu.

4. GOLD DAN COLLAGEN SEBAGAI ANTI AGING?
Gold dan Collagen sebagai anti aging ternyata mitos. Penggunaan pernyataan ini untuk menaikkan pangsa pasar ternyata dimulai ketika tren mengawinkan unsur metal ke skimcare. Berbicara tentang unsur metal, yang paling dipercaya adalah copper peptide. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa peptide adalah bahan yang menjanjikan untuk anti aging. 

Collagen sendiri memiliki istilah hydrolyzed collagen, collagen dengan ukuran molekul terkecil. Berkaitan dengan Dalton rule, adalah salah satu cara yang bisa digunakan untuk menentukan apakah suatu bahan skincare atau obat yang bisa dijadikan sebagai skincare. Jika kadarnya di bawah 500 maka bersifat drug, jika di atas maka sifatnya skincare. Untuk dapat mengetahuinya, perlu mencari tahu massa molekulnya. Ambil contoh dari Salicylic Acud, berada di kisaran 100. Jadi sifatnya bisa menjadi obat, oleh karena itu tidak disarankan untuk ibu hamil. Sementara Collagen memiliki kisaran berat molekul 80-120 kD, kira kira ribuah sampai puluh ribuan. Kalau dipikir ulang, bagaimana mungkin collagen dapat membantu anti aging, padahal menembus kulit terluar saja tidak bisa.

5. RETINOL
Fakta bahwa retinol memiliki berat molekul kisaran 200 maka benar bahwa komponen ini dapat digunakan sebagai anti aging.

Gimana ladies, pembahasan kali ini menarik bukan?
Thank you so much untuk pemateri kita kali ini KAK MIA (http://www.insommia.net) dan Beautiesquad (https://www.instagram.com/beautiesquad) untuk ilmu di Ngopi Cantik Episode 7.


 Thank you for reading and see you next time! XOXO


Find me on:

Business Inquiries:
hallo.enha@gmail.com