Follow Us @nadiahasyir


Saturday, March 6, 2021

ANAK DEMAM DI KALA PANDEMI (NEWBIE MOM JOURNEY)

Berbicara tentang kesehatan, di 2020 lalu doa terbesar dengan penuh harap saya adalah agar keluarga senantiasa diberikan kesehatan, berharap keluarga kecil saya tidak perlu didatangi jenis penyakit apapun supaya kami hanya perlu #StayAtHome saja. Atas izin Allah, ternyata anak laki-laki saya diberi sakit demam 2x dalam setahun kemarin.
Source: Canva

Sebagai newbie mom perasaan panik dan takut jelas menghampiri saya. Bagaimana tidak, baru punya anak, masih perlu banyak beradaptasi, datang penyakit di kala pandemi pula. Namun saya berjuang untuk tetap fokus dan rileks agar bisa membuat keputusan dan tindakan tepat untuk berupaya memulihkan kesehatan anak saya tanpa perlu datang ke tempat berobat (a.k.a puskesmas, klinik, dan atau rumah sakit).

DISCLAIMER, apa-apa yang saya lakukan selama anak demam di kala pandemi jangan dijadikan patokan untuk ditiru 100% tanpa dianalisis dulu ya, ma. Karena ini based on my story. Perlu ditelaah lagi, dikosnultasikan, dan didiskusikan dengan keluarga atau dokter sebelum betul-betul jika ingin diikuti. Kisah yang saya bagi sebagai newbie mom ini semoga bisa dijadikan pencerahan dan trigger semangat buat mama yang sedang berjuang yang mengupayakan anaknya agar sembuh dari demam.

1. Searching
Hidup di era digital membuat pikiran pertama saya jatuh kepada gadget. Saya melakukan pencarian keyword DEMAM PADA ANAK di situs pencarian online untuk mencari tahu penyebab demam pada anak secara general agar mendapatkan sedikit banyak hipotesis apa penyebab demam pada anak saya.
Source: Canva

2. Bounding dan Rajin Mengkompres
Namanya lagi nggak enak badan, anak pasti bawaannya ingin lebih diperhatikan. Saya berusaha berikan dekapan dan kasih sayang yang lebih ekstra agar membuat dia nyaman dan bounding antara ibu dan anak semakin kuat. Umumnya, demam pada anak akan lebih tinggi di malam hari. Selama itu saya usahakan rajin mengkompres baik dengan air hangat atau dengan menggunakan produk yang sering dijual di mini market.
Source: Canva

3. Tidak Terburu-Buru Memberikan Obat Penurun Panas
Sebagai alumni mahasiswi sains, saya percaya bahwa demam adalah bentuk respon tubuh manusia ketika tubuh mengenali, menghadang, dan melawan benda asing yang berusaha masuk ke tubuh dengan kerja antibodi manusia. Ya, karena saya mempercayainya, saya memberikan kesempatan untuk sistem imun anak bekerja melawan zat asing tersebut. Tidak terburu-buru memberikan obat penurun panas, saya lebih intens memberinya supply makanan minuman bergizi seimbang, suplemen, dan vitamin untuk membantu sistem imunnya bekerja.
Source: Canva

4. Berkonsultas dengan Dokter via Daring
Pada masa pandemi tahun lalu, ibarat mau belanja ke depan rumah aja takut, apalagi ke rumah sakit. Saya mengambil keputusan untuk berkonsultasi dengan dokter kenalan saya secara daring. Saya juga seringkali memanfaatkan aplikasi HALODOC di handphone untuk terhubung dengan dokter ketika memiliki keluhan terkait dengan kesehatan. Cara konsultasinya yang mudah membuat saya nyaman menggunakan aplikasi tersebut. Cukup sign in apabila sebelumnya sudah pernah melakukan sign up. Konsultasi dengan dokter umum biasanya gratis dan jika ingin konsultasi dengan dokter spesialis, pembayarannya bisa dilakukan menggunakan Go-Pay.
Source: Canva

Setelah berkonsultasi, dokter memberikan win win solution untuk dilakukan tes lab dengan sampel darah. Pengambilan sampel dilakukan di rumah dengan petugas menghampiri kediaman saya. Petugas ini bukan dari HALODOC, namun saya menghubungi laboratorium yang dekat dari rumah dan terpercaya oleh keluarga saya.

Fyi, waktu awal-awal pandemi saya juga pernah konsultasi melalui HALODOC terkait suplemen apa yang sebaiknya saya dan keluarga konsumsi selama pandemi. Setelah diresepkan oleh dokter, bisa ditebus langsung melalui aplikasi atau beli di apotek. Karena saya tinggal di daerah pinggiran perkotaan, akses untuk apotek HALODOC biasanya kurang mendukung. Jadi saya membeli melalui apotek terdekat namun dengan anjuran resep dokter yang sudah saya kantongi sebelumnya.

Hasil lab keluar, dengan sisa-sisa ilmu yang saya peroleh sebagai alumni mahasiswi sains, saya menganalisis data yang ada di dalam hasil lab tersebut dan tentu mengkonfirmasikannya ke dokter kenalan saya untuk meminta pencerahan. Setelah menganalisis data tersebut, alhamdulillah saya bisa mengetahui penyebab demam pada anak saya dan siap melanjutkan ikhtiar untuk pemulihan.

5. Memberikan Makanan dan Minuman yang Immuno-boosting untuk Anak
Saya tidak bisa menceritakan secara detail apa penyebab demam pada anak saya karena kepentingan privasi. Namun pada intinya, saya akhirnya memberikan supply makanan dan minuman yang menunjang agar defisit beberapa hal yang sudah diketahui dari hasil lab anak saya nilainya menjadi normal, yang mana goal akhirnya adalah sistem imunnya bekerja dengan semestinya demam menjadi turun.
Source: Canva

Alhamdulillah beberapa hari kemudian demam anak saya sudah turun dan dia bisa bermain dengan riang gembira kembali. Sekian secuil cerita pengalaman saya selama menjadi newbie mom. Semoga bermanfaat!

Selain hidup sebagai seorang ibu dan istri, saya juga memerdekakan diri saya untuk memiliki hak menjadi seorang individu. I express myself to do what do I love, doing my hobby, yaitu bikin konten seputar beauty positivity and self-love dan berbisnis hijab for mom n pakaian anak. Kindly check my Instagram to keep in touch with me @nadiahasyir @catberry.id.

See you, mama!
Let spread knowledge with love, ❤
Nadia Hasyir